Warga yang ingin bergabung di Go-Jek harus memiliki kendaraan
sendiri. Tiap pengojek akan dibekali smartphone sebagai alat penghubung
dengan konsumen dan sistem dengan cara mencicil biaya pembelian
smartphone setiap bulan.
Dia menghitung, dalam sebulan, pendapatan tukang ojek bisa mencapai
Rp 4 juta hingga Rp 6 juta. Sistemnya adalah bagi hasil, yakni 80 persen
dari total penghasilan masuk kantong pengojek dan 20 persen sisanya
untuk perusahaan.
Sayangnya, Nadiem enggan mengungkap omzet yang didapatkan perusahaan.
"Masalah uang, angka, investasi, jumlah order, saya tidak bisa
sebutkan," ujarnya.
Yang jelas, Go-Jek Indonesia telah mendapatkan suntikan dana dari
investor Northstar Group, sebuah perusahaan investasi yang bermarkas di
Singapura. Itu sebabnya, Go-Jek kini gencar melakukan promosi
besar-besaran untuk memperkenalkan jasa ini kepada masyarakat dan
berekspansi.
Tengok saja, selama Ramadhan lalu misalnya, Go-Jek meluncurkan
promosi bayar hanya Rp 10.000 untuk jasa antar di wilayah Jakarta.
Normalnya, tarif yang digunakan sesuai hitungan sistem yang terprogram
ialah Rp 15.000 untuk 1,5 km dan tarif akan naik setiap 1,5 km
berikutnya.
Pria berusia 31 tahun ini mengaku masih belum mendapatkan keuntungan.
Dia masih harus mengeluarkan budget besar untuk promosi dan
pengembangan aplikasi di ponsel.
Pelanggan yang menjadi juragan ojek Inovatif dan pantang menyerah. Itulah kunci sukses Nadiem
Makarim saat mendirikan PT Go-Jek Indonesia. Saat awal merintis usaha,
ia kerap turun ke tempat para tukang ojek mangkal. Sudah begitu, tetap
saja sulit merekrut pengojek untuk bergabung.
Nadiem Makarim termasuk seorang pengusaha yang jeli membaca peluang
bisnis. Berawal dari kebiasaannya menggunakan ojek untuk pergi ke
kantor, ia mendapat ide untuk mengawinkan jasa ojek dan teknologi. Dari
situ, lahirlah PT Go-Jek Indonesia yang resmi meluncur sejak awal tahun
ini.
Nadiem bercerita, kebiasaan menggunakan ojek sudah menjadi rutinitas
harian. Saat itu, ia masih bekerja sebagai Co-Founder dan Managing
Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku. Nah,
setiap berangkat ke kantor, ia selalu menggunakan ojek.
Bukan berarti ia tidak memiliki kendaraan pribadi, seperti mobil atau
motor. Ia lebih memilih menggunakan ojek saat pulang atau pergi ke
kantor karena merasa lebih aman.
Menurut dia, tingkat kecelakaan pada pengguna ojek sangat kecil.
Selama menggunakan jasa ojek, ia tidak pernah mengalami kecelakaan.
"Waktu menggunakan taksi, saya dua kali kecelakaan, kendaraan pribadi
tiga kali kecelakaan, dan naik motor pribadi satu kali kecelakaan,"
katanya kepada Kontan.
Lantaran sering menggunakan jasa ojek, Nadiem pun sering ngobrol
dengan para tukang ojek langganannya. Dari hasil obrolan dan
pengamatannya, ia mengetahui bahwa sebagian besar waktu tukang ojek
banyak dihabiskan untuk mangkal dan menunggu penumpang.
Di tempat mangkal, biasanya mereka giliran dengan tukang ojek
lainnya. Sudah giliran, kadang penumpang sepi. Sementara itu, dari sisi
pengguna jasa, keamanan dan kenyamanan ojek belum terjamin 100 persen.
Nah, menjawab semua persoalan itu, ia akhirnya mendapatkan
ide membuat inovasi bagaimana orang bisa dengan mudah memesan ojek
melalui ponsel tanpa harus repot ke pangkalan ojek.
Terlebih lagi, tidak semua orang lokasinya dekat dengan pangkalan
ojek. Tukang ojek sendiri tidak harus mangkal. Bagi penumpang,
menggunakan ojek juga lebih aman karena jelas dan terdaftar.
Nadiem mengaku, idenya ini juga sejalan dengan salah satu tugas
kuliah ketika mengambil master di Harvard Business School. Saat awal
merintis bisnis, ia hanya memiliki 10 karyawan dan 20 tukang ojek.
Saat itu, Nadiem pun terjun langsung merekrut tukang ojek. Ia kerap
turun ke jalan, tempat para tukang ojek mangkal. Ia lalu banyak
menghabiskan waktu dengan mengobrol hingga membelikan mereka kopi dan
rokok.
Setelah rajin melakukan pendekatan, akhirnya banyak dari mereka
bersedia bergabung di Go-Jek. Semua kerja kerasnya itu tidak sia-sia.
Dalam waktu singkat, kini tercatat sudah ada 10.000 pengojek yang
bergabung.
Tidak hanya wilayah Jabodetabek, Go-Jek juga sudah melebarkan sayapnya hingga ke Bali, Bandung, dan Surabaya.